Pondok Pesantren Modern Baitussalam seperti biasa,mengadakan Taujih Rutin untuk Guru dan Karyawan setiap hari Selasa. Pada Selasa (18/10/2022) Ustadz K.H. Abdul Hakim, A.Ka. memberikan taujih mengenai “Perbaikan diri” yang merupakan hal penting bagi kita,pentingnya perbaikan diri dapat kita baca dalam potongan surah Al-Anfal ayat 53 yang berbunyi.
..اللّٰهَ لَمْ يَكُ مُغَيِّرًا نِّعْمَةً اَنْعَمَهَا عَلٰى قَوْمٍ حَتّٰى يُغَيِّرُوْا مَا بِاَنْفُسِهِمْۙ..
Yang artinya: “Allah tidak akan mengubah suatu nikmat yang telah diberikan-Nya kepada suatu kaum, hingga kaum itu mengubah apa yang ada pada diri mereka sendiri.” (QS Al Anfal: 53)
Dari potongan ayat diatas,kita bisa menafsirkan bahwa perubahan dimulai dari diri kita,dan jika kita telah memperbaiki diri,maka akan terperbaikilah manusia lainnya.
Acuan tolak ukur perbaikan diri dapat kita ambil dalam sepuluh Muwashofat yang telah kita ketahui,yaitu
1.Salimul ‘Aqidah (‘Aqidah yang selamat)
Kita dapat memulai perubahan dari Salimul ‘Aqidah, karena bagaimanapun juga ‘Aqidah merupakan pedoman dan landasan dari seluruh ajaran islam.
2.Shahihul Ibadah (Ibadah yang benar)
Setelah ‘Aqidah kita telah diperbaiki,selanjutnya kita dapat memperbaiki ibadah,karena Ibadah merupakan cara membangun komunikasi antara manusia dan Sang Penciptanya,dengan beribadah kita dapat mendekatkan diri, berkomunikasi, dan kembali kepada-Nya saat sedang menghadapi ujian atau cobaan. Sebab, hanya Allah SWT dengan segala kekuatannya yang mampu membimbing setiap hambanya menuju jalan kebaikan.
3.Matinul Khuluq (Akhlaq yang kokoh)
Permisalan dari sebuah pohon,yang dimana ‘Aqidah adalah akarnya,Ibadah adalah batangnya,maka Akhlaq adalah buah yang dapat kita petik setelah melakukan dua Muwashofat sebelumnya.
4.Qowiyyul Jismi (Badan yang kuat)
Badan kita juga harus kita kuatkan,dengan olahraga dan memakan makanan yang sehat,agar kita dapat melaksanakan ajaran islam secara optimal.di tambah ada sabda rasul yang artinya: “Mukmin yang kuat lebih aku cintai daripada mukmin yang lemah”. (HR. Muslim).
5.Mutsaqqoful Fikri (Intelek dalam berfikir)
Sebagai seorang Muslim kita harus Berwawasan Luas,hal ini dapat kita asah dan dapatkan melalui pengajian,mengikuti forum islami,juga mengikuti majelis bermanfaat lainnya.
6.Mujahadatul Linafsihi (Berjuang melawan hawa nafsu)
Tiap manusia memiliki nafsu dalam dirinya,dan sebagai seorang Muslim kita harus bisa melawan nafsu kita,setiap pekerjaan yang kita lakukan bersunguh-sungguhlah dalam mengerjakannya.
7.Harishun ‘ala Waqtihi (Pandai menjaga waktu)
Waktu yang begitu berharga harus kita atur cara penggunaannya dengan baik yaitu, dengan mengatur waktu dalam tiap halnya,sehingga tidak ada alasan dalam sebuah keterlambatan
8.Munazhamun fi Syu’unihi (Teratur dalam suatu urusan)
Keteraturan dapat kita lihat dari,bagaimana kondisi rumah yang kita tinggalkan ketika kita hendak berangkat kerja di pagi hari,apakah sudah rapi, ataukah masih berantakan.
9.Qodirun ‘ala Kasbi (Mandiri dalam berpenghasilan)
Mandiri dalam berpenghasilan memang harus kita lakukan terutama bagi seorang laki-laki,namun bukan berarti itu membuat kita dapat menghalalkan segala cara dalam mencari nafkah,melainkan mencari nafkah dengan cara yang halal.
10.Naafi’un Lighoirihi (Bermanfaat untuk masyarakat)
Bermanfaat bagi masyarakat yaitu masyarakat dimana dia tinggal entah itu tua ataupun muda.Kita harus bisa menjadi petunjuk bagi masyarakat yang ada di sekitar kita,menjelaskan mana yang salah dan mana yang benar,membimbing mereka ke jalan yang lurus,jangan menjadi pribadi yang hanya peduli pada diri sendiri,walau Allah yang memberi petunjuk pada orang yang dia kehendaki, tapi apa salahnya mengajak pada kebaikan seperti yang telah Rasul S.A.W sabdakan “Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya” (H.R. Muslim no. 1893).
Harapannya, kita dapat terus memperbaiki diri kita,kedepannya,apalagi ada Hadits Shahih Bukhari No. 2023,yang menyatakan “Orang mukmin tidak akan terperosok dua kali pada satu lobang yang sama.” Sekian,Terimakasih.