Santriwati Berprestasi di Luar Negeri

Santriwati Berprestasi di Luar Negeri

Bagikan :

Bagi saya, belajar sekaligus berkunjung ke negara tetangga bukan hanya angan belaka, tetapi sesuatu yang harus saya perjuangkan karena itu satu dari mimpi yang saya peluk erat. Perkenalkan saya Aisyah Putri Aryadhie Zahirah. Siswi kelas 12 MIPA2 dari SMA Islam Terpadu Baitussalam yang punya segudang cita untuk membuktikan pada dunia bahwa wanita bisa berkarya terutama terlebih saya yang notabene sebagai seorang santriwati. Saya ingin membuktikan bahwa santriwati bisa berprestasi, bahkan di luar negeri.

Ikut terlibat dalam International Youth Inovation Summit atau kerap disingkat IYIS di Malaysia-Singapura adalah hal yang tidak pernah terlintas dalam benak pikiran saya.  IYIS merupakan tempat di mana pemuda Indonesia berkolaborasi untuk menuangkan ide dan pikiran tentang inovasi digital yang kelak akan berguna di masyarakat. Setiap rancangan projek inovasi ini akan mengerucut pada 17 nilai SDGs. Saya mewujudkannya dengan modal nekat dan yakin kalau saya pasti bisa kalau ada usaha lebih yang saya berikan.

Asal muasal cerita ini bermula ketika Ustadzah Titin menyodorkan banyak event kepemudaan, tapi ketika saya mendaftar tidak satupun yang lolos atau sekedar mandek di tengah jalan. Kemudian mencari event lain dan menemukan IYIS.

Di IYIS saya melihat peluang untuk bisa lolos dan kemudian saya berdiskusi dengan ayah. Hingga keputusan finalnya adalah saya diizinkan ikut dengan syarat saya harus berusaha semaksimal mungkin untuk mencari pembelajaran dan belajar dari semua rentetan persiapan yang akan saya lalui. Dan sayapun mengiyakan permintaan ayah saya meskipun sejujurnya saya belum tahu bagaimana persiapan kedepannya.

Setelah mendapat ijin dari kepala SMA IT Baitussalam dan bagian kepengasuhan santri, hampir dua bulan saya mempersiapkan segalanya dengan meminjam laptop milik sekolah. Dalam kegiatan IYIS kami dibagi menjadi beberapa kelompok.

Di tengah kegiatan bergelut dengan projek presentasi, sempat tim kami berganti projek dua minggu sebelum keberangkatan. Hal itu membuat saya dan tim putar otak memikirkan ide alternatif untuk menyelamatkan projek kami yang hampir sekarat. Menyeimbangkan kegiatan asrama, sekolah, dan persiapan presentasi projek bukan hal yang mudah. Waktu tidur saya berkurang karena banyak sekali zoom yang dilakukan secara virtual untuk memastikan projek kami berjalan dengan baik.

Kesibukan yang memadat secara tiba-tiba membuat saya kewalahan di beberapa titik. Pernah ketika itu ada kegiatan asrama, Try Out sekaligus zoom dengan mentor IYIS berjumpa di waktu yang bersamaan. Bahkan saya sempat berpikir untuk mengundurkan diri dari event ini. Tapi, mimpi saya untuk ikut kegiatan internasional dan mencari pengalaman di luar pondok membuat saya tetap bertahan.

Singkat cerita, pada tanggal 11 November 2024 saya tiba di Changi Airport setelah satu hari saya mengabiskan waktu di Jakarta. Saya masih tidak percaya, saya berhasil keluar dari bandara setelah tertahan imigrasi selama 30 menit karena MyICA yang seharusnya dikumpulkan tidak terdeteksi di mesin imigrasi otomatis di bandara. Setelah masalah terselesaikan kemudian mengunjungi Jewel Park, saya bertemu semua peserta membuat kesan pertama perjalanan ini semakin terasa menyenangakan.

Hampir seharian penuh kami habiskan untuk mengenal para peserta sambil mengetahui informasi lebih dalam dari tour guide yang disediakan panitia IYIS.  Melanjutkan perjalanan pergi ke Nanyang Technological University atau NTU yang merupakan kampus top dunia sambil berharap dan berdoa kelak NTU merupakan tempat studi lanjut saya entah S1, S2,  atau S3.

Kemudian perjalanan peserta IYIS ditutup dengan mengunjungi ikon negara tersibuk ini yaitu Patung Merlion di Merlion Park dan makan malam bersama di perbatasan Singapura sebelum pindah ke Negeri Jiran, Malaysia Masih di malam itu kami bergegas menuju kantor imigrasi Malaysia dan menuju penginapan.

Pada tanggal 12 November 2024, pagi harinya di Malaka. Salah satu negara bagian Malaysia yang berbatasan dengan Singapura. Sarapan bersama tim sambil membahas tentang projek yang kami siapkan menambah kehangatan diantara kami bisa ngobrol ringan dengan mentor dan super team IYIS. Dan perjalanan kami lanjutkan dengan mengunjungi Malaysia Youth Museum lalu mampir di Istana Raja Malaysia.

Kemudian kami melaju ke Kuala Lumpur dan makan siang di Chocolate factory dan kami juga dibuat terpukau dengan Malaysia Cultural Show yang patut diacungi jempol. Selesai acara, kami berpindah ke bangunan super megah ikon dari Malaysia yang membuat Malaysia berada di peringkat pertama se-Asia Tenggara negara yang memiliki jumlah pengunjung tertinggi pada tahun 2023 yaitu KLCC atau Kuala Lumpur City Center.

Faktanya KLCC dibangun pada tahun 1998 dan kedua menara kembar itu disewa oleh Jepang dan Korea. Puas berkeliling, kamipun keluar dan muncul dipikiran saya; Kenapa tidak ada orang yang berjualan es teh cekek harga 3000 rupiah di sini?. Ya,  memang Malaysia mendisplinkan warganya dengan baik. Jadi, tidak ada pedagang kaki lima yang seenaknya berjualan.

Dan kami mengakhiri hari itu dengan beristirahat di International Youth Center yang menjadi rumah kami selama dua hari ke depan. Sambil bermain games yang disediakan mentor IYIS. Kami makan malam, tertawa, dan merajut memori indah bersam sambil latihan presentasi untuk esok hari.

Selanjutnya pada tanggal 13 November 2024, saya berlari ke ruang makan, sarapan secepat yang saya bisa, dan ikut bergabung bersama tim yang sudah menunggu. Pasalnya pagi itu terlampau lelah hanya untuk membuka mata dan berakhir dengan saya yang nyaris terlambat.

Pagi itu kami Pioners Environer, tim yang telah mengisi dua bulan terakhir akan mempersentasikan projek yang  telah direncanakan. Sedikit bercerita, dua minggu sebelum keberangkatan. Kak Fajar, mentor kami mengatakan bahwa projek kami kurang relevan dengan tema IYIS yang based on digital inovation.

Kemudian kami membuat rancangan projek yang mengerucut pada produk jadi bukan digital control. Alhasil dua minggu itu kami kalang kabut mengganti, memodifikasi apa saja yang bisa menyelamatkan tragedi sekaratnya projek kami. Ditambah pernah satu kali ppt yang kami siapkan error dan terhapus tiba-tiba. Sedih? Jelas. Pusing? Memang itu realitanya.

Sebelum presentasi kami berdoa, semoga apa yang telah diusahakan tidak mengecewakan. Sekaligus menyiapkan hati kalau memang bukan rezeki untuk menang, kami akan mencoba membesarkan hati masing-masing.

Pioner Environer terdiri dari enam anggota, kebetulan kami mengambil tema lingkungan untuk dijadikan tema projek kami. Mereka adalah orang-orang hebat yang menjadi keluarga saat trip ini berlangsung. CEO dari Bengkel Sampah, Duta Inspirasi Indonesa, Ketua Himpunan Mahasiswa Unair Prodi Fisika, Mahasiswa S2, dan Kakak yang bekerja di Bali membuat wawasan saya berkembang dan bertambah. Dan saya satu-satunya yang masih duduk di bangku SMA di kelompok saya.

Presentasi berjalan lancar dan Allah masih bermurah hati membalas kerja keras kami. Hasil yang membahagiakan setelah kejadian yang sudah kami lewati, kelompok kami menggondoli dua penghargaan yaitu First Best Project Inovation dan Second Best Vidio Project Inovation. Malam kami tutup dengan merayakan kemenangan kecil kami di Bukit Bintang.

Akhirnya pada tanggal 14 November 2024, hari terakhir kami di IYC sekaligus di Malaysia. Bus meluncur ke universitas top Malaysia, University Malaya. Kami disuguhi Chinese Art Exhibition yang merupakan hasil karya mahasiswa jurusan seni dan kebudayaan Tionghoa. Kemudian kami mampir sejenak ke Pasar Seni untuk membeli buah tangan.

Di sini kejadian tak terlupakan menghampiri saya dan teman sekamar saya. Kami hampir ditinggal bus karena nyasar di Pasar Seni setelah makan siang. Sholat ashar di Masjid Putra di Putrajaya. Dan perjalanan selesai, kami berpisah di KLIA, Kuala Lumpur International Airport. Menuju ke Soekarno Hatta dengan berbagai ilmu, pengalaman baru, dan pastinya seru sekali kegiatan IYIS.

Banyak hal yang memenuhi kepala saya. Seperti, bagaimana ya cara menjadikan Indonesia tertib saat berkendara dan memanfaatkan sektor publik? Bisa atau tidak ya Indonesia menjual BBM dengan harga murah lagi? Karena harga bensin di Malaysia hanya sekitar 8000 rupiah perliternya. Bisa atau tidak ya kita memberikan fasilitas pendidikan dan pemikiran bahwa pendidikan penting untuk setiap orang?

Singapura menuntut penghuninya berpendidikan, karena itu modal mereka bertahan hidup di Singapura yang teknolonginya lebih maju dari Indonesia. Hal itu membuat saya bertekad, kelak itu akan terwujud. Entah lima, sepuluh atau dua puluh tahun lagi. Dan dari sini, saya menjadi lebih mandiri, mengetahui kemampuan saya, membuka relasi, dan banyak hal yang bisa saya ambil dari perjalanan ini.

Dengan mengenyam pendidikan di Baitussalam, saya dapat mengembangkan berbagai aspek diri mulai dari spiritual, akademik, hingga keterampilan hidup yang bermanfaat untuk masa depan saya. Baitussalam adalah awal bagi saya untuk terus berkarya.

(oleh : Aisyah Putri Aryadhie Zahirah)