Budaya Yang Terasa Asing
Oleh: Keysha Nabila Putri
Terdengar suara alarm yang membangunkan seorang perempuan yang sedang tertidur lelap. “Hoamm, Udah pagi aja nyebelin banget si, mana hari Senin lagi harus upacara” keluh gadis itu yang baru saja bangun dari mimpinya. Lalu terdengar suara dari bawah “Nduk, cepet-cepet adus mengko sadurunge telat neng sekolah” [sayang cepet mandi sebelum terlambat sekolah] Perintah ibunya yang disuruh hanya menjawab “Iya”
Aluna Dewi Citra biasa dipanggil Luna adalah seorang perempuan yang menginjak bangku SMA kelas 10 IPA. Dia adalah keturunan orang jawa. Kehidupan Luna masih lekat dengan adat-adat Jawa Ayah dan Ibunya menolak keras mengenal adat orang lain sehingga membuat Luna terdidik dengan adat Jawa.
Hari Selasa tanggal 31 Mei, Hari ke 10 Luna memasuki sekolahnya yang baru Luna masih ingin beradaptasi dengan teman temannya karena pergaulan teman temannya sudah tercampur dengan adat luar, sehingga membuat Luna sedikit kesusahan untuk mencari teman yang sefrekuensi dengannya. Karena beberapa temannya sudah asing dengan adatnya sendiri
“Luna, lu udah ngerjain tugas bahasa Jawa belum?” Tanya teman sebangkunya yang bernama Leona “Udah, emang kenapa?” tanya Luna balik “Boleh nyontek ga nih?” Luna terkejut dengan permintaan Leona itu pasalnya adalah Leona anak yang rajin di kelasnya setiap ada perkerjaan rumah, dia pasti selalu sudah mengerjakannya bahkan tidak sedikit orang yang meminta contekan kepadanya.
Namun kali ini berbeda Leona yang meminta contekan dengan Luna “loh kenapa emang? Tumben kamu belum ngerjain?” “aku males sama Bahasa jawa hehe ga paham ga ngerjain deh” jawabnya santai Luna merasa keberatan dengan permintaan Leona tapi akhirnya Luna memberikannya
Saatnya untuk pulang sekolah. Luna memasukan satu per satu barang barang nya kedalam tas saat hendak keluar kelas ada temannya Neira mengagetkannya “Hai Lun! Apa kabar?” Sapanya. Luna hanya menjawab “Biasa saja yah seperti hari- hari biasa lah” “kamu kenapa sih? Badmood ya?” tanyanya Luna hanya diam “Wah, dari raut wajahmu sih sudah terlihat bahwa kamu membutuhkan teman yaitu, Aku!” sepertinya Niera ingin menghibur Luna tapi usahanya belum membuahkan hasil. Akhirnya Niera meminta Luna untuk menceritakannya dengan berat hati Luna pun mengungkapan isi hatinya bahwa ia tidak suka jika kebanyakan temannya terobsesi dengan adat luar.
Mendengar itu Niera mempunyai ide bagus untuk mengajak orang orang kembali dengan adatnya berhubung besok adalah Hari Pancasila yaitu 1 Juni mereka akan mengajak orang untuk melestarikan budaya- budaya yang sudah sedikit tertinggal oleh beberapa orang dengan cara mereka akan membuat poster yang akan disebarkan di berbagai jalanan dan juga mereka mengshare di sosial media bahwa budaya itu penting.
Akhirnya Luna pulang ke rumahnya sendiri sesampainya di rumah ia langsung bertemu dengan ayahnya yang di saat itu sedang bersantai sambil mendengarkan radio berbunyi lagu Jawa “Pak” panggil Luna “Apa nduk?” jawab bapaknya dengan senyum ramahnya
“Pak, aku rumangsa seneng karo kanca-kancanku, kenapa dheweke seneng karo budaya wong njaba utamane Korea nganti ana wong sing bisa ngomong basa Korea, sanajan basa regium ora lancar” [aku kesel banget sama orang yang suka budaya luar sampai mengerti bahasanya padahal Bahasa daerah sendiri aja ga lancar] Luna mulai menceritakan keluh kesahnya sementara Ayahnya hanya tertawa kecil lalu berkata, “Yo, kaya ngono, mula sampeyan ngajari sampeyan supaya sampeyan bisa dadi penerus kanggo bangsa kita supaya ora bisa dipertutup saka budaya” [seperti itulah Indonesia maka dari itu bapak mengajarimu budaya agar kamu bisa menjadi penerus bangsa]
Rencana itu pun dibuat matang oleh Niera pada keesokan harinya mereka melaksanakan rencana itu mereka membagi tugas masing masing Niera yang membuat poster sedangkan Luna yang membagikannya hal itu berjalan lancar lancar saja
Beberapa jam telah berlalu banyak sekali orang yang menyukai dan merepost postingan mereka komenan orang-orang juga ramah hal ini membuat Luna dan Niera merasa senang mereka merasa bahwa usaha kecil mereka membuahkan hasil yang begitu manis Luna menceritakan perjuangannya itu kepada Ayahnya dan ekspresi yang ditunjukan oleh Ayah adalah ekspresi sangat bangga kepada Luna.
Keesokan harinya tiba saat Luna datang ke kelas terjadi kehebohan satu kelas dengan kelas lain mereka sedang membicarakan tentang twitter yang diposting oleh Niera dan Luna. Ketika Luna memasuki kelasnya seisi kelas langsung menoleh kerah Luna Luna pun dilontarkan dengan bermacam macam pertanyaan Luna hanya tersenyum dan menjawab pertanyaan teman-temannya satu-satu.
Dari perbuatan yang dilakukan oleh Niera dan Luna, orang- orang tersadar bahwa mereka semakin lama melupakan adat mereka. Akhirnya, Luna dan Niera diberikan hadiah apresiasi oleh kepala sekolah mereka
Mulai saat ini Luna dan teman temannya akan berjanji bahwa mereka akan selalu mengingat Adat dan Budaya Indonesia selamanya mereka tidak akan melupakannya