Sebagai seorang muslim, sudah sepatutnya kita mengingat sebuah peristiwa yang sulit dicerna oleh akal sehat manusia. Ya, peristiwa itu adalah “Isra’ Mi’raj”. Sebagaimana kita ketahui, Isra’ Mi’raj adalah dua perjalanan yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW dalam waktu satu malam. Peristiwa tersebut terjadi pada tahun pertama sebelum hijrah, yaitu antara tahun 620-621 M.
Isra’ dan Mi’raj sendiri adalah dua peristiwa yang berbeda. Isra’ adalah peristiwa diperjalankannya Nabi Muhammad di malam hari dari Masjidil Haram yang ada di Makkah, Arab Saudi, ke Masjidil Aqsa, di Yerusalem, Palestina, oleh Allah SWT. Sementara peristiwa Mi’raj yakni dinaikkannya Rasulullah SAW dari Masjidil Aqsa ke Sidratul Muntaha.
Seperti yang difirmankan Allah SWT. Dalam surat Al – Isra’ ayat 1 sebagai berikut.
سُبْحَٰنَ ٱلَّذِىٓ أَسْرَىٰ بِعَبْدِهِۦ لَيْلًا مِّنَ ٱلْمَسْجِدِ ٱلْحَرَامِ إِلَى ٱلْمَسْجِدِ ٱلْأَقْصَا ٱلَّذِى بَٰرَكْنَا حَوْلَهُۥ لِنُرِيَهُۥ مِنْ ءَايَٰتِنَآ ۚ إِنَّهُۥ هُوَ ٱلسَّمِيعُ ٱلْبَصِيرُ
Artinya: Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
Oleh karena itu, sebagai seorang muslim’ kita dapat mengambil hikmah dari peristiwa tersebut. Diantaranya,
- Islam Merupakan Agama yang Suci
Saat Nabi Muhammad SAW diberi pilihan antara air susu dan khamr saat Mi’raj, Nabi lebih memilih susu. Kemudian Malaikat Jibril berkata, “Engkau telah diberi hadiah kesucian.” Ini sebagai isyarat bahwa Islam adalah agama suci (fitrah).
- Menyampaikan Kebenaran Meskipun Pahit
Begitu pagi setelah malam Isra’ Mi’raj, Nabi mengabarkan apa yang baru dialaminya ke penduduk Makkah. Praktis, banyak orang yang tidak percaya dengan kabar ‘tidak masuk akal’ ini. Ini menunjukkan bahwa kebenaran harus tetap disampaikan, meskipun banyak mendapat penolakan.
- Manusia Tidak Boleh Berputus Asa dari Rahmat Allah SW T
Segala masalah dalam kehidupan jangan sampai membuat manusia terpuruk, hingga ingin menyerah. Jiwa manusia tak boleh runtuh sebelum ruh lepas dari jasadnya.
Penulis : Amar Fii Sabilillah (X IPA 1 SMAIT Baitussalam)